Jumat, 10 Februari 2017

Bahkan Bantuan Dari Malaysia Untuk Rohingyapun Ditolak oleh Pihak Myanmar


Masalah agama di Myanmar yang menjadikan masyarakat muslim Rohinya sebagai target kekejaman militer Myanmar mendapatkan banyak simpati dari bebragai dunia, termasuk dari Malaysia.

Sebuah kapal yang membawa bantuan dari Malaysia untuk umat Muslim Rohingya tiba di pelabuhan Yangon, Myanmar, Kamis (09/02).

Namun sejumlah pengunjuk rasa umat Buddha menggelar unjuk rasa menentang keberadaan umat Rohingya di negara mereka dengan membawa spanduk 'Tidak ada Rohingya di sini'.

Pemerintah Myanmar tidak mengakui Rohingya -yang sebagiaan besar tinggal di negara bagian Rakhine- sebagai warga negara namun sebagai pendatang gelap dari Bangladesh waktu sudah tinggal di Rakhine sejak dulu.

Dan komunitas Rohingta sering mendapat perlakuan buruk dari aparat militer, dengan operasi militer terbaru yang digelar Oktober tahun lalu.

Kapal yang tiba dari Malaysia membawa 2.300 ton makanan dan obat-obatan untuk membantu umat Islam Rohingya, yang merupakan minoritas di Myanmar.

``Kami harus menghargai kedaulatan Myanmar. Kami menyampaikan bantuan ini dengan keyakinan baik," kata Razali Ramli, dari 1Putera Club Malaysia, yang mengelola pengiriman bantuan ini bersama sejulah lembaga nonpemerintah.

Razali menjelaskan kepada kantor berita Asssociated Press, AP, bahwa mereka percaya pemerintah Myanmar akan menyalurkan bantuan kepada umat Rohingya, yang dilaporkan menderita diskriminasi.

Militer Myanmar melancarkan operasi militer di Rakhine setelah serangan atas beberapa pos polisi perbatasan, yang dianggap pemerintah dilakukan oleh kelompok militan Rohingya.

Dunia internasional, termasuk PBB, mengecam operasi tersebut karena kekerasan oleh aparat militer terhadap warga sipil Rohingya dan sejak operasi itu saja, sekitar 60.000 orang Rohingya terpaksa mengungsi ke Bangladesh.
Sementara PBB memperkirakan 1.000 orang tewas sejak operasi militer di Rakhine digelar, Oktober lalu.

Ketika Malaysia mengungkapkan rencana untuk pengiriman bantuan ini, pihak berwenang Myanmar sempat menyatakan akan menolaknya namun kemudian berubah pikiran dengan menerimnya di Yangon dan bukan di Sittwe, ibu kota Rakhine.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar